About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 31 Mei 2017

Review Novel: Sang Penantang Takdir

Penulis : Ardani Persada Subagio
Genre : Fantasi
Ukuran : 14 x 21 cm
Tebal : 402 halaman
Terbit : Juli 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-8663-2
Takdir menggiring Deus untuk bertemu dengan Ratu Seraph. Namun, cinta yang tumbuh antara seorang pengawal dan Ratunya itu adalah cinta terlarang. Demi membuktikan kesungguhan cintanya dan kepantasan dirinya untuk bersanding dengan sang Ratu, Deus menyanggupi tantangan untuk membantai sembilan naga legenda. Para naga terakhir, penguasa Vandaria. Berbekal cinta dan senjata pusaka, Deus siap menantang takdirnya sendiri. Dia adalah... Sang Penantang Takdir.
Yap, begitulah sinopsis cerita di belakang sampul novel ini. Kalo ditanya “Apakah kamu suka novel fantasi”, maka jawabannya adalah antara iya dan ngga. Ya soalnya ngga semua novel fantasi itu cocok sama seleraku. Ada yang menurutku oke, netral, ngga banget, sampai yang keren banget. Nah kalo novel ini gimana? Oh jawabannya jelas, BAGUS BANGET!
Awalnya sih aku males gimana gitu ketika baca bagian depannya, tentang kehidupan Deus sewaktu kecil, kemudian jadi prajurit atau apalah itu di Kerajaan Edenion, terus jadi pengawal Ratu Seraph, terus sampai sebelum Deus memulai petualangan membantai naga legenda. Mungkin karena waktu itu aku masih alergi sama kisah cinta/ romantisme, jadinya untuk baca bagian awalnya butuh waktu seminggu-dua minggu.
Tapi begitu ceritanya sampai pada waktu Deus memburu dan membantai naga... aduuh keren bangeet! Akupun jadi ketagihan baca sampai rela tidur kemalaman (<- kebiasaan jelek kalo baca novel bagus, jangan ditiru).
Oh iya, di sini ada beberapa tokoh. Di antaranya adalah Deus sendiri dan kawan-kawan yang mengikuti perjalanannya membantai naga (ada Azulmagia, Arhan, dan Borr), Ratu Seraph, terus Exar yang merupakan penasehat tinggi Kerajaan Edenion, dan Zirnitra yang merupakan Raja bangsa naga. Iya sih ada tokoh-tokoh lainnya di sini, tapi aku mau nulis tokoh-tokoh yang ada di bagian pengenalan tokoh aja lah.
Di buku ini ada cukup banyak bab, jumlahnya sampai 37. Ada juga bab khus seperti Epilog dan Kisah yang Tak Terucapkan. Bagian cerita yang berjudul “Kisah yang Tak Terucapkan” itu, menurutku jadi bagian cerita yang paling menarik. Soalnya di bab ini, Deus berhasil bertemu dengan Raja bangsa naga, Zirnitra. Tapi Deus sendiri ngga berhasil membantainya dan Zirnitra menceritakan beberapa hal yang selama ini dirahasiakan oleh Ratu Seraph, seperti sejarah manusia di zaman sebelum ada Edenion, kebohongan ajaran Vanaadinnahkah yang selama ini dipercayai oleh Deus, dan juga seorang manusia bernama Rah yang juga pernah menyandang senjata pusaka yang dimiliki oleh Deus, Ouroboros <- bentuknya mirip keris, tapi ukurannya besar. Satu hal yang membuatku merasa hormat dengan Zirnitra adalah, ketika dia dan Deus akan dihancurkan oleh pasukan Zodiark yang diperintah oleh Ratu Seraph, Zirnitra kemudian menolong Deus dan akibatnya dia pun mati.
Omong-omong, sebenernya semua tokoh di novel ini oke-oke kok, tapi yang paling spesial buat aku adalah Zirnitra dan Azulmagia (yhaa tokoh utamanya ngga masuk). Gimana mau nggak spesial, habis mereka beda sih dari yang lainnya. Zirnitra itu terasa bijak layaknya seorang Raja, dan Azulmagia (aku singkat jadi Azul aja lah ya) itu agak misterius tapi menarik juga. Yang bikin aku kaget mengenai Azulmagia adalah masa lalunya. Ya pokoknya kalo diceritain itu bikin sedih. Singkatnya, dia itu ternyata seorang separuh frameless dari salah satu klan Raja Surgawi, tapi dia diusir. Terus, dia punya seorang pengawal (atau teman) yang tetap setia sama dia walau apapun yang terjadi. Mereka berusaha mencari tempat tinggal baru bagi mereka, tapi fisik si pengawal yang nyeremin jadi bikin mereka ngga diterima di mana-mana. Suatu saat, ada seekor naga yang mengamuk, yang bahkan membuat Kerajaan Edenion ngga bisa apa-apa. Azul dan pengawalnya pun menggabungkan kekuatan mereka untuk menghabisi naga itu dan mereka berhasi. Nahas, sebagai imbalannya, sang pengawal ngga bisa bertahan hidup lebih lama. Dan dia pun meninggal. Tapi yang paling sedih daripada itu adalah, keberadaan mereka seakan terhapuskan dari sejarah, padahal mereka amat berjasa atas kedamaian di Tanah Vandaria (entah kenapa jadi keingetan sama para veteran pejuang perang di negeri kita :’( )
Soal sampulnya, aku sih ngga terlalu pusing mikirin itu. Di bagian depan ada Deus dan Ratu Seraph, dan di belakang ada Zirnitra sang Raja naga itu. Kalo disuruh pilih bagus yang mana, aku pilih sampul belakang aja deh. Maklum, aku jarang liat ilustrasi naga XD
Poin-poin bagus dari novel ini adalah:
1. Ada peta Vandaria di zaman Edenion.
2. Walau ngga selalu ada di semua bab, tapi ada cukup banyak ilustrasi adegan yang keren.
3. Tebel tapi asik.
4. Ada banyak tokoh legendaris di novel ini, seperti Ratu Seraph sendiri, sembilan naga legenda (tapi terutama Zirnitra), Vhelturius Flavianus, Para Raja Surgawi, dan kalo ngga salah ada juga seseorang bernama Baxilios.
Tapi ada sih seseorang yang udah me-review novel ini yang mengatakan, bahwa novel ini belum tentu cocok buat para pembaca novel pada umumnya. Dan hal itu emang bener juga. Soalnya beberapa pembaca novel ini ada yang cuma memberi 1 bintang dan berkomentar kalau novel ini, entah kenapa, kurang menarik bagi mereka. Meskipun begitu, aku tetep suka banget sama novel yang satu ini. Dan aku merasa kalau mungkin ngga akan ada novel yang sanggup menandingi kehebatan novel yang satu ini (ah mungkin ini agak berlebihan, tapi aku emang menikmati novel ini sih).
Sebenernya di novel ini ada hal lain yang mengganjal, tapi aku lupa itu ada di bagian mana. Pokoknya ada. Dan soal tokoh lainnya seperti Arhan, Borr, Exar, dan naga-naga lainnya, hmm... coba deh baca bukunya. Nanti kalian pasti tau.
Sekian dulu review buku dari aku, mohon maaf kalau terdapat typo dan kekurangan. Dan terima kasih telah membaca review ini!

Sabtu, 27 Mei 2017

Review Buku : Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen; Sisi Lain Putra Sang Fajar yang Tak Terungkap

Penulis                 : Walentina Waluyanti de Jonge.
Ukuran                 : 150 x 230 mm.
Ketebalan             : 209 halaman.
Genre                   : Non Fiksi, Sejarah.
ISBN                    : 978-602-9431-29-2.

Ini untuk pertama kalinya aku me-review buku non fiksi, jadi bingung mau mulai dari mana. Tapi ya udah deh, aku tulis apa adanya.

Baiklah, kali ini aku akan membahas sebuah buku ber-genre sejarah yang berjudul “Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen; Sisi Lain Putra Sang Fajar yang Tak Terungkap” <- panjang bener nih judul. Pada buku ini terdapat 3 bab dan tiap bab memiliki beberapa subbab. 3 bab utama berjudul: Bab I Sang Fajar Terbit, Bab II Sang Fajar Bersinar, Bab III Sang Fajar Terbenam.

Bab pertama dari buku ini, yaitu ‘Sang Fajar Terbit’, menceritakan tentang masa-masa Bung Karno saat masih muda. Beliau pernah bersekolah di Hogere Burger School (HBS) Surabaya dan dikenal sebagai pembicara terbaik di sekolahnya. Bung Karno juga bukan hanya seorang pemikir dan negarawan, melainkan juga dikenal sebagai seniman. Kesenimanan Bung Karno tampak dalam bidang teater dan lukis. Beliau mulai menulis naskah drama saar dibuan di Pulau Bunga di Ende, Flores.

Bab kedua dari buku ini berjudul ‘Sang Fajar Bersinar’. Pada bab ini, diceritakan bahwa Bung Karno tidak menyukai musik rock and roll maupun gaya rambut yang mirip dengan personel The Beatles karena beliau berpikir bahwa musik dan gaya anak band semacam itu disuntikkan oleh imperialisme kapitalis. Bagi Bung Karno, para imperialis hanya ingin menghancurkan Indonesia dengan segala cara, termasuk melalui budaya. Bab ini juga menceritakan tentang perjuangan Bung Karno mengambil kembali Irian Barat dari tangan penjajah Belanda, dan juga cerita lainnya. Namun yang paling utama adalah cerita mengenai Westerling dan candaan bernada melecehkan yang tertera pada sampul belakang, yaitu “Orang Belanda itu perhitungan sekali. Satu peluru harganya 35 sen. Sedangkan harga Sukarno tak lebih dari 5 sen. Jadi rugi 30 sen. Kerugian yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.” Westerling juga diceritakan sebagai sosok yang membenci Bung Karno, yang menanamkan gerakan pemberontakan DI-TII, juga seseorang yang memiliki kekejaman dan kebengisan. Meski begitu, dia tetap kebal dari hukum! Mengapa hal itu bisa terjadi? Itu dikarenakan ada seseorang yang sengaja mendukungnya dari belakang, dan orang itulah dalang sebenarnya dari  kudeta yang telah dilakukan oleh Westerling. Dan orang itu adalah Pangeran Benhard, yang berkeinginan menjadi Vice-Roi.

Dan yang paling membuat aku sedih adalah bab terakhir, yang berjudul ‘Sang Fajar Terbenam’. Pada bab ini diceritakan bahwa sebenarnya Bung Karno tidak serta-merta memberikan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) kepada Pak Soeharto, melainkan karena Pak Soeharto sendiri yang mendesak beliau untuk memberikannya. Lalu, masa-masa kejatuhan Bung Karno pun dimulai. Dan Supersemar bukanlah surat pengalihan kekuasaan, melainkan surat PERINTAH PENGAMANAN. Naskah Supersemar pun diragukan keasliannya. Orasi Bung Karno tak lagi didengar, beliau lengser dari posisinya sebagai presiden, dan pada ulang tahun terakhirnya pun, beliau sudah tak bisa bangkit dari kasurnya. Sebelum beliau meninggal, ia sempat bertemu dan berbicara dengan Bung Hatta, rekan seperjuangannya bertahun-tahun lalu.

Memang ada cerita lain yang dituliskan pada buku ini, tapi kalau ditulis semuanya, nanti aku jadi capek sendiri.

Oke, kita mulai ke bagian komentar, positif dan negatifnya. Dari sisi positif, ada yang tertera di sampul belakang buku ini dan aku pun mengakuinya, yaitu gaya penulisannya ringan, mudah dicerna, dan jauh dari kesan “berat”. Hal inilah yang membuat aku menjadi semakin terhanyut dan penasaran dengan isi buku ini (aku sendiri agak lupa, tapi kalau ngga salah, dulu mungkin aku pernah begadang semalaman cuma buat mengkhatamkan buku ini. Habis asik sih, kayak baca novel fantasi). Bukunya tidak terlalu tebal jadi ngga terlihat menakutkan (kecuali bagi orang yang alergi dengan sejarah). Ada banyak referensi yang digunakan buku ini, yang membuat buku ini jadi meyakinkan. Dan adanya kertas kuning dan juga foto hitam putih di buku ini dapat membuat siapapun merasa tenggelam ke masa lalu, seolah-olah kita bisa melihat apa yang dulu pernah terjadi.

Sisi negatifnya? Entah bisa dibilang negatif atau nggak, tapi judulnya terlalu panjang. Capek nulisnya. Ya paling itu aja.

Intinya, buku ini sangat aku rekomendasikan untuk kalian yang ingin tahu tentang Bung Karno lebih dalam lagi. Tapi, kita tetap harus melihat beliau dengan pandangan yang obyektif, tidak berlebihan dalam memuji ataupun menjelekkannya. Kita boleh tak setuju dengan beberapa keputusannya yang dinilai kurang baik, tapi jangan sampai kita terlalu membencinya. Kita juga tak perlu terlalu fanatik untuk memujinya. Karena toh, Bung Karno tetaplah manusia biasa yang memiliki kelemahan.


Sekian dulu review buku dari aku. Jika terdapat kesalahan ataupun kekurangan kata, silakan beri kritik dan saran pada review ini. Terima kasih telah membaca!

Review Novel : The Chronicles of Ghazi 3 : The Howling of Wolf, The Eyesight of Eagle

Penulis             : Felix Y. Siauw
Tahun Terbit    : 2015
Genre              : Fiksi Sejarah Islam
Ukuran            : 21,5 x 14, 7 cm
Penerbit           : Alfatih Press
ISBN               : 978 - 602 - 719 - 861 - 6

Kawan-kawan, tolong jangan terkecoh sama judul novel ini. Ini produk Indonesia kok, bukan luar negeri. Jadi jangan khawatir.

Oh iya, jadi kali ini aku bikin review novel tentang seri ketiga dari The Chronicles of Ghazi. Penulisnya kebetulan seorang ustadz yang cukup terkenal di Indonesia, yaitu Ustadz Felix Y. Siauw. Terbitnya udah agak lama dan baru sempat aku beli tahun lalu.

Sampul novel ini emang menarik, tapi bukan itu yang bikin aku termotivasi untuk beli novel ini. Alasanku beli novel ini adalah karena isi sinopsis di sampul belakang yang bagian bawah, yaitu “Di tempat lain, VLAD DRACULA tenggelam dalam dendamnya. Dia menghimpun kekuatan gelap yang menjadikannya kejam dan sadis lewat ritual-ritual mengerikan. Dia berguru kepada setan dengan darah dan kengerian. Dia akan menjadi lawan yang sepadan.”

Mungkin kalian penasaran kenapa aku tertarik untuk mengetahui lebih lanjut soal Vlad Dracula ini. Tapi ceritanya panjang. Sekarang kita fokus dulu ke review novelnya.

Novel ini menceritakan tentang rencana penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih, anak dari Sultan Murad yang merupakan pemimpin Turki Utsmani. Muhammad Al Fatih merencanakan penaklukan ini bersama dengan Zaghanos, seorang mualaf dari Yunani, dan Radu yang juga mualaf. Mereka mencoba untuk menuntaskan janji Rasulullah saw. yang (kira-kira) berbunyi, “Suatu hari nanti Konstantinopel pasti akan ditaklukkan oleh pasukan muslim terkuat”. Tiga orang ini mencoba mencari informasi untuk menembus dinding Konstantinopel yang amat tangguh dan pedang terkuat yang pernah ada.

Sultan Murad, di lain pihak, juga mencoba untuk memperluas daerah kekuasaan Turki Utsmani dengan harapan agar perjuangan anaknya menaklukan Konstantinopel bisa berjalan lebih cepat. Sultan Murad berhadapan dengan beberapa pemimpin kekuasaan kafir yang menolak untuk masuk Islam dan berhasil memenangkannya. Ada pula beberapa pemimpin itu yang memutuskan untuk berdamai dengan Turki Utsmani agar mereka tak diperangi, seperti halnya tokoh Sigismund yang merupakan pemimpin dari negara yang menganut ajaran Nasrani.

Dan tentang Vlad Dracula, dia ini sebenarnya merupakan kakak dari Radu. Namun dia tidak terima dengan kenyataan bahwa Radu memilih untuk menjadi seorang muslim. Vlad pun kabur dari asrama Mekteb i Harbiye (Akademi Militer) Turki Utsmani, yang sebelumnya merupakan tempat tinggal Vlad dan Radu. Vlad yang kehilangan arah dan tujuan pun memutuskan untuk membalas dendam atas semua rasa sakit di hatinya dengan mengikuti seorang gadis kecil yang membuatnya menjadi seorang anggota dari penyembah setan, yang dipimpin oleh seorang wanita yang disebut ‘Sang Dewi’.

Jadi yah, di novel ini kita akan menemukan cukup banyak istilah yang menggunakan bahasa Turki, salah satunya udah aku sebutkan di atas. Kita juga jadi cukup mengenali negara Islam dan juga Eropa pada zaman dulu (<- iya lah genre-nya aja sejarah). Sampul novel ini termasuk bagus karena selain warnanya enak dipandang (terutama karena pake warna kesukaanku, biru dan hitam), sampulnya juga nggak akan cepat kotor karena bahannya yang nggak mudah kotor karena keringat dari tangan. Di beberapa bagian novel ini juga terdapat ilustrasi yang menarik yang dibuat oleh Handri Satria Handjaya. Dan pembatas buku ini juga nggak biasa, karena langsung menyatu dengan sampul bukunya. Kan biasanya pembatas buku itu dibuat terpisah (sendiri, nggak menggabung sama sampul).

Tapi layaknya novel-novel lain, novel ini pun punya kelemahan tersendiri. Ada sih bagian yang menurutku agak mengganggu dan kurang sreg, contohnya pada halaman 55 yang berbunyi “Derap langkah para santo diiringi oleh kidung-kidung kudus yang seolah-olah berasal dari surga. Padahal surga tidak pernah mengajarkan kidung-kidung kudus itu. Orang-orang yang disucikan sedang melangkah melintasi bumi. Padahal surga tidak pernah mensucikan orang-orang itu.” Jadi tuh semacam pengulangan kata ‘padahal’ yang bikin aku merasa kurang nyaman pas baca buku ini. Ada juga yang bikin kita jadi merasa curiga dan penasaran dengan apa yang akan terjadi, tapi rasanya nyebelin karena hal itu diulang beberapa kali. Contohnya “... Saking gembiranya, dia segera pergi dan tidak pernah menoleh lagi ke belakang. Tak ada yang bisa menduga, apa yang akan dilakukannya di masa depan.” Di beberapa bagian cerita juga ada kesalahan penulisan seperti huruf yang seharusnya kapital malah tidak menjadi kapital. Aku juga merasa bahasanya sedikit bertele-tele dll. Tapi yang paling bikin aku kecewa adalah, cerita tentang Vlad Dracula yang menjadi kuat malah sama sekali nggak aku temukan, bahkan sampai bagian akhir. Padahal aku udah berharap pengin tahu tentang kekuatan si Vlad ini. Yang baru ada paling cuma saat dia mulai ikut ritual penyembahan setan itu, dan bagian itu menggantung. Yah mungkin bagian itu disimpan untuk buku keempat, atau kelima.

Intinya, dari segi alur sejarah, novel ini cukup menarik, walaupun ada beberapa kelemahan.


Oke, sekian review novel dari aku. Aku mohon maaf kalau caraku menyampaikan review ini kurang berkenan. Aku juga mohon kritik dan saran dari kalian semua. Dan terima kasih telah membaca review ini!

Jumat, 26 Mei 2017

Refugia untuk Lahan Pertanian

Halo kawan-kawan! Ketemu lagi dengan blog punyaku! Menurut kalian, kali ini aku mau bikin postingan tentang apa? Aku nggak tau sih apa jawaban kalian, tapi jawabannya adalah: pertanian! Nah, spesifiknya, yang akan aku bahas di blog ini adalah refugia.

Refugia itu apa sih?

Dari sumber yang aku dapat, yaitu dari berita yang ditulis oleh Kak Tri Artining Putri di Tempo Banyumas, refugia adalah intervensi ekosistem dengan menyediakan rumah untuk pemangsa hama. Ada juga pengertian yang aku ambil dari sumber lain, yang menyatakan bahwa refugia merupakan suatu area yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid. Nanti aku sebutkan halaman website-nya di bagian paling bawah.

Kalau dalam bidang pertanian, refugia itu berfungsi sebagai mikrohabitat dan penyedia sumber makanan atau sumber nektar dan tempat berlindung bagi musuh alami – maksudnya mungkin musuh alami/predator dari hama yang sering menyerang tanaman-tanaman yang tumbuh di sawah (kalau selain di sawah bisa nggak ya? Nah itu aku belum tau).

Refugia, yang merupakan mikrohabitat buatan, dapat ditanam dalam lahan pertanian baik secara monokultur ataupun tumpang sari dengan tanaman yang lain. Tanaman yang digunakan untuk refugia yaitu bunga pukul empat, bunga kenikir, bunga matahari dan bunga kertas (zinnia). Bunga-bunga tersebut dipilih karena tanaman ini mempunyai bunga yang mencolok dan mempunyai warna yang diminati serangga musuh alami. Bahkan gulma yang sering kita anggap sebagai tanaman pengganggu, ternyata bisa juga lho digunakan sebagai refugia. Beberapa gulma mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman pokok dan bisa menjadi alternatif mikrohabitat bagi musuh alami (-> yap, cuma beberapa. Nggak semuanya). Tapi tentu saja gulma-gulma tersebut perlu dikelola dengan baik agar kesan gulma sebagai tanaman pengganggu dapat dihilangkan.

Ada beberapa jenis hama yang sangat suka hidup pada gulma. Hama jenis ini akan lebih senang hinggap di gulma tersebut daripada hinggap di tanaman pangan dan hortikultura. Tapi jika gulma ini tidak ada, maka tanaman pokoklah yang akan diserang. Adapun cara membuat refugia gulma adalah dengan memilih gulma dari jenis gulma yang berbunga seperti asteraceae kemudian gulma ini ditata dalam jalur khusus. Jenis gulma berbunga ini akan menarik serangga musuh alami. Pengaruh gulma pada tanaman tidak pokok tidak terlalu berarti, bahkan meningkatkan stabilitas ekologi pertanian.

Selain gulma, tumbuhan liar yang berbunga di sekitar lahan pertanian juga memiliki potensi untuk dijadikan refugia, dan tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dijadikan tempat tinggal/habitat alternatif bagi serangga jenis predator maupun jenis parasitoid. Serangga-serangga yang biasanya tertarik dengan tumbuhan liar ini yaitu kumbang kubah, belalang sembah dan juga laba-laba. Lalu, tumbuhan liar apa saja yang berpotensi sebagai refugia? Tumbuhan-tumbuhan liar itu antara lain jenis Synedrella nodiflora, Centella asiatica, Setaria, Borreria repens, dan Arachis pentoi.

Nah, untuk refugia jenis bunga, menurut Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki II Desa Pliken Sucipto mengatakan refugia harus ditanam segera setelah padi. Jadi, ketika padi berusia 1 bulan, bunga sudah mekar dan menjadi rumah bagi musuh alami. Kalau ditanam lebih awal, apa yang akan terjadi? “Kalau ditanam lebih awal, bisa terinjak-injak,” kata beliau.

Oh iya, mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya, “Apa perbedaan antara sawah yang memiliki refugia dengan yang tidak memiliki refugia?” Ada kok perbedaannya. Dulu aku pernah ikut seminar yang di dalamnya membicarakan tentang refugia. Menurut sang pembicara (-> yang aku lupa namanya), sawah yang ditanami refugia itu memiliki hasil panen yang lebih banyak dibandingkan dengan sawah yang tidak ditanami refugia. Itu bisa terjadi karena jumlah hama banyak berkurang, dan ini dikarenakan oleh adanya predator alami (dari kalangan serangga) yang memangsa mereka.
Baik, sekian dulu tulisan dari aku! Jika ada yang mengganjal, misal terdapat kesalahan atau kekurangan, kawan-kawan bisa mengirimkan komentar kalian. Terima kasih telah membaca artikel ini!

Sumber informasi:



Selasa, 02 Mei 2017

Review Buku Sebelas Patriot dan Trailer Film Laskar Pelangi

Sebelas Patriot
Andrea Hirata
Ukuran : 20,4 x 13,1 cm
Tebal : 112 halaman
Terbit : Juni 2011
ISBN : 978-602-8811-52-1
Genre : Olahraga
Baiklah, kali ini saya akan membahas salah satu novel yang ditulis oleh Andrea Hirata ini yang berjudul ‘Sebelas Patriot’.
Cerita dalam novel ini dimulai ketika Ikal menemukan sebuah foto yang menampilkan gambar seorang laki-laki yang sedang memegang piala. Pada awalnya dia merasa biasa saja dengan foto itu, tapi setelah ibunya melarangnya untuk melihat foto itu lagi, rasa penasaran Ikal pun bangkit. Ikal mencoba untuk mencari tahu apakah ada seseorang yang mengetahui siapa yang ada di foto itu. Dia pun bertemu dengan sang pemburu tua, salah satu sahabat seangkatan ayahnya. Ketika Ikal menanyakan siapa yang ada dalam foto itu, sang pemburu pun terkejut dan mengatakan bahwa orang itu adalah ayah dari Ikal sendiri. Sang pemburu pun berkisah bahwa dulunya, ayahnya adalah salah satu dari 3 saudara yang sangat handal dalam permainan sepak bola. Bahkan, ayahnya adalah pemain sepak bola sayap kiri yang berbakat luar biasa. Namun sayangnya, pada usianya yang ke-17, ayahnya dikurung dan pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur sehingga membuatnya tak bisa bermain sepak bola lagi. Sejak itu, Ikal bertekad akan menjadi pemain sayap kiri seperti ayahnya dan menjadi pemain PSSI. Sayangnya, Ikal tidak terpilih.
Cerita berlanjut saat Andrea sedang menempuh pendidikan di Universitas Sorbonne, Perancis. Waktu itu musim panas, dan Andrea ingin pergi ke Madrid untuk membeli kaus klub sepak bola Real Madrid bertanda tangan Luis Figo. Dia membelinya untuk ayahnya yang menggemari salah satu pemain bola itu. Saat Andrea hendak membelinya di toko resmi cendera mata Real Madrid, dia pun bertemu dengan seorang perempuan bernama Adriana. Ketika Andrea hendak membeli kaus itu, Adriana berkata bahwa harga kaus itu adalah 250 euro. Mengetahui hal itu, Andrea pun meminta Adriana bahwa dia akan kembali lagi untuk membeli kaus itu.
Setelah itu, Andrea memutuskan untuk mencari pekerjaan demi mendapatkan uang lebih. Dia bekerja sebagai pembantu umum untuk latihan klub junior Barca, menjadi tukang cat dan angkat-angkat perabot pada siang hari, dan kadang dia ikut mengamen bersama para backpacker lainnya di Placa de Catalunya. Dan ketika uangnya berhasil terkumpul sebanyak 250 euro, Andrea pun kembali ke Madrid untuk membeli kaus bertanda tangan Luis Figo. Sesampainya di sana, Andrea tak menemukan kaus yang dia cari dan dia pun merasa gagal. Namun kemudian, dia melihat Adriana di depannya dan perempuan itu mengeluarkan kaus Luis Figo dari sebuah laci meja. Andrea pun merasa sangat senang dan dia mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Berikutnya, Andrea diajak Adriana untuk mengobrol di suatu cafe. Di sana, Andrea mengatakan bahwa Real Madrid adalah klub favoritnya yang kedua, sedangkan yang nomor satu adalah PSSI, tim nasional Indonesia. Walaupun jarang memenangkan pertandingan, Andrea tetap menggemari PSSI, karena baginya menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90% mencintai Tanah Air. Bahkan saat mereka berdua menonton pertandingan dan melihat Real Madrid mencetak gol, Andrea berteriak “Indonesia! Indonesia!” ketika penonton lainnya berteriak “Real! Real!”
Nah, sekarang saatnya bagi saya untuk menyebutkan mengenai kelebihan dan kelemahan pada novel ini. Pertama, buku ini tidak terlalu tebal sehingga bisa di-khatamkan dengan cepat. Kedua, alur ceritanya menggunakan alur maju sehingga mudah dipahami. Ketiga, tentunya novel ini membuat saya mengetahui permainan sepak bola di Indonesia di masa lalu (sedikit info, saya cukup menyukai sejarah, meskipun saya adalah anak IPA). Dan dulu, saat saya membeli novel ini, di dalamnya ada sebuah CD yang berisikan 3 macam lagu untuk suporter olahraga Indonesia, khususnya untuk suporter PSSI.
Kelemahannya? Hmm, apa ya? Mungkin terlalu bagus? Ah entahlah, mungkin karena rasa suka saya yang berlebih pada novel ini, saya jadi tidak bisa mengetahui kelemahan dari novel ini. Mohon maaf, saya bukan orang yang mudah melihat kelemahan sesuatu, terutama novel.
Salah satu kata-kata yang paling aku sukai dari novel ini adalah: “Pengalamanku menonton sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai Tanah Air. Berada di antara masyarakat yang asing, nun jauh dari kampung sendiri, menyadarkanku bahwa Indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya, adalah tanah mutiara di mana aku telah dilahirkan. Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apa pun menodai cinta itu, tidak juga karena ulah para koruptor yang merajalela, biarlah kalau tidur mereka didatangi kuntilanak sumpah pocong.”
Bagi kalian yang penggemar berat sepak bola, novel ini sangat aku rekomendasikan. Karena kisah di dalamnya adalah kisah yang menginspirasi kita untuk menggalakan patriotisme melalui sepak bola. Dan tentunya, cintai PSSI!
Mohon maaf jika pada book review kali ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Terima kasih telah membaca!
Oh iya, sampe lupa. Ini ada trailer film Laskar Pelangi. Sengaja saya selipkan, siapa tau kalian yang suka sama novelnya Andrea Hirata jadi berminat buat nonton.
Catatan: Film untuk novel 'Sebelas Patriot' sampai saat ini belum ada. Jadi saya kasih trailer film Laskar Pelangi aja.


BIODATA PENULIS